Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah bocah ndeso yang punya cita-cita jadi orang yang sukses dunia dan akhirot. saya numpang lahir di Rumah Bersalain Bunda Maria yang terletak dibalun cepu blora kemudian sejak umur 1 hari saya dibesarkan sebagai seorang muslim di desa Pelem Kecamatan Purwosari Kabupaten Bojonegoro. Sekolah Dasar saya selesaikan di SDN Pelem I dan sekolah menengah pertama saya selesaikan di desa Pojok SMP Negeri Purwosari, kemudian menginjak SMA saya tempuh di SMA Negeri I Bojonegoro jawatimur. Semenjak itu saya kuliah di Akper Rajekwesi Bojonegoro dan transfer ke Unair surabaya untuk pendidikan Ners dan Magister Keperawatan. Saat ini saya menjadi perawat dan bertugas sebagai dosen di Bojonegoro dan sekitarnya. Saya bersyukur dengan Keluarga yang saya miliki dan saat in saya sudah punya 2 keturunan.Salam kenal dan peace forever.

Senin, 05 Oktober 2009

PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tim pelayanan keperawatan di Rumah Sakit memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien. Disisi lain Perawat diharapkan perannya untuk selalu berada di samping tempat tidur klien, siap setiap saat ketika diperlukan, cepat tanggap terhadap berbagai keluhan, dan turut melaksanakan apa yang klien sedang alami. Klien menginginkan perawat yang melayaninya memiliki sikap baik, murah senyum, sabar, mampu berbahasa yang mudah difahami, serta berkeinginan menolong yang tulus dan mampu menghargai klien dan pendapatnya. Mereka mengharapkan perawat memiliki pengetahuan yang memadai tantang kondisi penyakitnya sehingga perawat mampu mengatasi setiap keluhan yang dialami oleh individual klien (Meyers & Gray, 2001). Namun demikian masih banyak ditemukan keluhan klien tentang perawat yang kurang ramah, kurang tanggap dan kurang kompeten.
Dari hasil survey yang dilakukan Lembaga Mitra UNDP, pelayanan kesehatan dan pendidikan di Jakarta ternyata masih belum memuaskan warga ibu kota. Dari 400 responden diseluruh Jakarta keluhan terhadap layanan paling banyak mengeluh masalah pelayanan di rumah sakit mencapai 34,8%. Rata-rata responden mengeluh bahwa petugas sering bersikap tidak ramah. Bila hal ini berlanjut maka kepuasan pasien tidak bisa tercapai dan menurunkan tingkat kunjungan dan pada akhirnya berdampak pada derajat kesehatan masyarakat.
Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada klien, memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan, sesuai dengan standar biaya dan kualitas yang diharapkan rumah sakit serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan klien. Kualitas asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: kondisi klien, pelayanan keperawatan termasuk tenaga keperawatan di dalamnya, sistem manajerial dan kemampuan rumah sakit dalam melengkapi sarana prasarana, serta harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan/keperawatan yang diberikan di rumah sakit tersebut. Tingkat keparahan penyakit pasien yang diperberat dengan ketidaktahuan keluarga serta beban biaya menjadi stressor yang cukup besar. Keterbatasan jumlah tenaga perawat, fasilitas, sarana prasarana yang tidak mampu menjawab harapan masyarakat semua itu mempunyai andil besar bagi munculnya masalah dalam pelayanan keperawatan.
Asuhan keperawatan yang bermutu dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh para perawat dalam memperlihatkan haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian, perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan. Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik seorang perawat perlu memiliki kemampuan untuk (1) berhubungan dengan klien dan keluarga, serta berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lain; (2) mengkaji kondisi kesehatan klien baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang; (3) menetapkan diagnosis keperawatan dan memberikan tindakan yang dibutuhkan klien; (4) mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan serta menyesuaikan kembali perencanaan yang telah dibuat.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan
2. Bagaimana kondisi pelayanan keperawatan saat ini
3. Bagaimana cara meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum : Membahas pelayanan keperawatan di Rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Bagaimana harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan
b. Bagaimana kondisi pelayanan keperawatan saat ini
c. Bagaimana cara meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

Bab 2
PEMBAHASAN

2.1 Harapan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan
Saat ini pasien mengharapkan pelayanan kesehatan khususnya keperawatan yang memuaskan. Pada kenyataannya saat ini masih banyak juga pelayanan rumah sakit yang dikeluhkan oleh pasien. Di RSCM Jakarta seorang pasien mengatakan bahwa pelayanan diRS ini masih buruk meski sudah memiliki gedung baru dan bagus. Ia merasa dionbang-ambingkan oleh petugas saat minta informasi tentang biaya operasi. Saat menelpon dua kali baru diangkat dan saat dingkat dan dibiarkan tanpa menjawab. Setelah itu ia telpon lagi tapi tidak ada yang menjawab , padahal telpon tersebut aktif selama 24 jam (kompas: suara pembaca, 27 Maret 2009).Kasus Prita Mulyasari (32) yang tidak puas dengan pelayanan di RS Omni Tangeran. Ia menulis email tentang pelayanan di RS omni yang tidak memuaskan, tetapi RS membawa Prita ke jalur hukum dan langsung ditahan. Sejak kasus itu muncul suasana RS omni sekarang semakin sepi dan lengang. Pantauan di lokasi tidak banyak aktivitas di dalam RS omni, ruangan megah itu terlihat lapang karena yang ada hanya pelayanan administrasi dan pelayanan farmasi (http:/ruang hati.com/2009/06/09).Di RS Tria Dipa Jakarta seorang pasien mengatakan tidak puas dengan pelayanan yang ada. Kejadian ini bermula saat membawa bapaknya di UGD RS Tria Dipa karena tidak bisa buang air besar selama tiga hari yang tidak segera dilayani dan merasa disepelekan oleh petugas UGD dengan berbagai alasan. Mereka malah menyuruh megurus administrasi dengan sikap yang tidak bersahabat. Akhirnya pasien tadi meninggal dunia (http:/haryono,multiply,com/journal/item/165)
Sebagai konsumen pasien mengharapkan pelayanan keperawatan yang memuaskan. Indikator pelayanan kesehatan dikatakan memuaskan apabila pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit berkualitas. Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan adalah pelyanan yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan. Sedangkan menurut Karsinah (dalam Wirawan, 1998) perawat adalah salah satu unsur vital dalam rumah sakit. Perawat, dokter, dan pasien merupakan satu kesatuan yang paling membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan. Tanpa perawat tugas dokter akan semakin berat dalam menangani pasien. Tanpa perawat pelayanan kepada pasien juga terabaikan karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien mengingat pelayanan keperawatan berlangsung terus menerus selama 24 jam sehari.
Memang harapan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit tidak selalu sesuai apa yang diinginkan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan perawat. Semakin tinggi pengetahuan dan pendidikan seorang perawat akan lebih cepat dan tanggap akan kebutuhan bio, psio, sosial dan spiritual bagi pasien maupun keluarga pasien. Sehingga perawat akan lebih mampu dalam membantu pasien untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Sedangkan para penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut.

2.2 Kondisi Pelayanan Keperawatan Saat Ini
Cerita mengenai buruknya pelayanan di RS pun masih sering terdengar. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat beralih ke rumah sakit – rumah sakit di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Australia, dan negara lainnya. Tercatat, saat ini terdapat kurang lebih 200 ribu pasien Indonesia berobat ke Singapura dan Malaysia, dengan total dana yang dihabiskan mencapai US$600 juta per tahun (sekitar Rp5,4 triliun). Hampir semua lini pelayanan tak luput dari terjangan ketidakpuasan masyarakat, mulai dari penerimaan pertama pasien di Unit Gawat Darurat atau Poliklinik umum, pelayanan dokter dan asuhan perawatan, hingga pada masalah penebusan biaya selama perawatan dan pelayanan pasien di rumah sakit. Inilah realitas rumah sakit kita. Banyak rumah sakit hanya dilengkapi dengan peralatan medik terbatas dengan fasilitas laboratorium yang minim. Terkadang pasien harus antri berlama-lama untuk menerima pelayanan di poliklinik RS akibat sedikitnya jumlah dokter yang bertugas. Selain itu, RS kita juga kerap masih bergelut pada “mental model” paramedik yang jauh dari harapan pasien. Sikap yang ramah dan murah senyum, ikhlas membantu pasien serta komunikasi yang melegakan, masih merupakan barang langka dijumpai. Pada sebagian RS milik pemerintah, untuk pelayanan rawat inap, pasien dan pembesuk harus rela menikmati lingkungan RS yang kotor dan nampak tidak terawat. Sampah di sana-sini tersebar dikerubungi lalat dan tikus. Fasilitas tambahan seperti air bersih dan kamar mandi kerap sangat terbatas dan cenderung tidak diperhatikan serius kebersihan dan kesehatannya.
Rumah sakit didirikan sebagai sentral pelayanan kesehatan terutama kuratif dan rehabilitative bagi masyarakat disekitarnya. Paradigma yang dikembangkan dalam tradisi seni pengobatan menjadi karakteristik khas yang seharusnya ada pada setiap aktivitas RS. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin termasuk tim keperawatan. Tim keperawatan merupakan anggota tim kesehatan garda depan yang menghadapi masalah kesehatan klien selama 24 jam secara terus menerus. Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung-jawabkan. Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sebagai konsumen masih tetap menjadi tolak ukur (benchmark) utama keberhasilan pelayanan kesehatn yang diberikan (Miloney, 2001).
Beban kerja perawat juga akan mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada pasien. Jumlah perawat yang tidak sesuai dengan rasio akan menyebabkan perawat kelelahan yang secara otomatis akan menhambat kerja dan pelayanan yang diberikan kepada pasien.Rutinitas pekerjaan perawat akan menyebabkan perawat menjadi bosan dalam lingkungan pekerjaannya. Keterbatasan sarana prasarana dan rendahnya kesejahteraan perawat akibat sistem profit oriented juga berperan terhadap kualitas pelayanan keperawatan.

2.3 Bagaimana Cara Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keperawatan
Harapan peningkatan kualitas pelayanan kepeawatan sekarang sudah mulai dipenuhi oleh rumah sakit dengan cara meningkatkan kualitas perawat sebagai pemberi pelayanan kepada pasien. Kualitas perawat dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan pengetahuan perawat dengan pendidikan dan latihan serta meningkatkan penghargaan kepada perawat dengan cara meningkatkan insentif perawat. Hal ini akan mempengaruhi motivasi mereka untuk memberikan pelayanan kepada pasien untuk lebih baik.Sarana dan prasarana di RS juga dapat meningkatkan mutu serta kualiatas perawatan dalam melakukan suatu tindakan yang mengarah pada proses asuhan keperawatan. Selain itu dengan adanya rewards yang sudah ditetapkan oleh pihak Rumah Sakit terhadap tindakan perawatan dan jasa tindakan. Dengan hal tersebut perawat pelaksana mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan memberi kepuasan kepada klien yang salah satunya dengan tindakan rawat luka. Sehingga kepuasan kerja dalam suatu pekerjaan yang disertai dengan kepercayaan diri yang tinggi didasarkan pada sikap perilaku dan nilai – nilai kesehatan sebagai suatu penghargaan yang tercipta dengan baik berupa fisik maupun psikis. Pengalaman kerja yang lama akan menambah pengalaman atau pengetahuan yang baik. Selain itu pengalaman atau masa kerja merupakan suatu sikap mendorong untuk mengubah cara mereka bekerja atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Dengan pengalaman dilapangan akan memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.
Sedangkan Soegiarto (1999) menyebutkan lima aspek yang harus dimiliki Industri jasa pelayanan, yaitu :. Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan batas waktu standar. Merupakan batas waktu kunjung dirumah sakit yang sudah ditentukan waktunya. Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan konsumen. Bagaimana perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu tepat memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari pasien.
. Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama pengkonsumsian suatu poduk atau. Dalam memberikan pelayanan jasa yaitu memperhatikan keamanan pasien dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada pasien sehingga memberikan rasa aman kepada pasien. Ramah tamah, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat pelanggan menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima keluhan tanpa emosi yang tinggi sehingga pasien akan merasa senang dan menyukai pelayanan dari perawat. Nyaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya. Pasien yang membutuhkan kenyaman baik dari ruang rawat inap maupun situasi dan kondisi yang nyaman sehingga pasien akan merasakan kenyamanan dalam proses penyembuhannya.
Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kualitas pelayanan keperawatan adalah sebagai berikut : (a) penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas. (b) perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien. (c) komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien.(d) kerjasama, meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien. (e) tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak. Dalam berbagai peraturan yang menjelaskan hubungan pengobatan, hak-hak pasien dan hak-hak dokter/paramedik relatif cukup jelas dan mudah dimengerti. Hanya saja, pasien atau keluarga pasien yang masuk di RS cenderung tidak memperhatikan hal ini atau memang tidak tahu sama sekali. Untuk menyikapi hal ini, maka pihak RS melalui dokter/paramedik yang merawat pasien mestinya memberikan penjelasan dan penyadaran kepada pasien-pasiennya, terutama menyangkut hak mereka atas informasi pra pengobatan dari dokter (informed concent) dan kerahasiaan penyakit yang mereka derita. Kenyataannya, meskipun UU Praktik Kedokteran telah diterapkan, berbagai indikasi pelanggaran atas hak pasien masih juga mencuat ke permukaan. Artinya, pihak RS, termasuk dokter dan paramedik yang bekerja di dalamnya, harus menyadari bahwa saat ini masyarakat kita perlahan semakin sadar atas hak mereka mendapatkan “pengobatan yang benar”. Karenanya, otoritas RS mesti giat memperbaiki pelayanan dan “keramahan”-nya terhadap pasien-pasien mereka.






Bab 3
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Harapan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan adalah pelayanan
yang memuaskan. Sedangkan para penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut.
3.1.2 Pelayanan kesehatan dibeberapa rumah sakit belum dapat memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang ideal. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kasus yang terjadi akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit sehingga banyak pasien di Indonesia berobat ke luar negeri.
3.1.3 Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dapat dititngkatkan dengan pendidikan / pelatihan, pemgembangan jiwa luhur perawat, pemberian reward dan punishmen, pemenuhan sarana prasarana RS, dan regulasi yang tepat.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi perawat
Diharapkan perawat pelaksana mengikuti pelatihan sesuai dengan tindakan keperawatan. Dimana hal tersebut dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan pemahaman tentang Standar Asuhan Keperawatan (SAK),mengembangkan jiwa luhur perawat ( ramah, perhatian, komunikatif, kerjasama, tanggungjawab). Bagi perawat manajer hendaknya menerapkan reward dan punishmen.
3.2.2 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan untuk memberikan pelatihan – pelatihan serta seminar bagi tenaga kesehatan agar dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu tindakan keperawatan dilakukan dengan benar, tepat dan cepat. Rumah sakit diharapkan untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana, pemberian insentif dan penerapan UU Rumah sakit serta peraturan terkait.


DAFTAR PUSTAKA
MINTA TOLONG ANGGOTA TIM MENULISKAN MASING-MASING DAFTAR PUSTAKA MELALUI KOMENTAR DI BLOK INI. TRMKSH.

Sabtu, 19 September 2009

SISTEM KEPERAWATAN

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, yang dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan riil, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian manajerial diatas bermanfaat dalam menentukan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Adapun kedepan, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu. Merujuk Kepmenkes : 1280/Menkes/SK/X/2002 tentang petunjuk tehnis jabatan fungsional perawat dan sebagai bentuk pelayanan di puskesmas adalah perawatan kesehatan masyarakat sebagai perwujudan Kepmenkes : 128/Menkes/SK/II/2004. Program inI dilaksanakan oleh tenaga perawat, namun demikian sampai sekarang belum terdapat sistem keperawatan di puskesmas.

B. RUMUSAN MASALAH
Sampai sekarang belum terdapat sistem keperawatan di puskesmas.

C. TUJUAN
Mengetahui sejauh mana pendekatan sistem keperawatan di puskesmas.










BAB II
PENDAHULUAN

A. SUPRA SISTEM
Supra sistem dalam hal ini adalah Sistem Kesehatan Nasiona
B. SISTEM KEPERAWATAN DI PUSKESMAS

I. INPUT
1. Wilayah Kerja
Meliputi satu wilayah kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas
2. Sasaran
Penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata – rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas.
a. Individu
• Mempunyai masalah kesehatan
• Sasaran individu dapat merupakan titik awal pembinaan keluarga
b. Keluarga
• Keluarga yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan dan keluarga yang mempunyai individu bermasalah.
c. Kelompok
• Kelompok rawan yang rentan terhadap masalah kesehatan: Ibu, anak, manula, keluarga miskin.
• Prioritas pelayanan puskesmas
d. Masyarakat
• Masyarakat daerah kumuh
• Masyarakat daerah yang masalah kesehatannya menonjol
• Masyarakat daerah yang masalah kesenjangan kesehatannya lebih tinggi
3. Sub system Sumber Pembiayaan
• APBD
• Retribusi Puskesmas
• Sumber lain (Astek, JPSBK (Jaminan Pelayanan………, Askes)
• Sharing fee keuntungan dari perusahaan dalam wilayah puskesmas
4.Sub system Sumber Daya Manusia Kesehatan
• Kepala Puskesmas
• Dokter
• Perawat
• Bidan
• Gizi
• Farmasi
• Laboran
• Tata usaha
5.. Visi
Tercapainya kecamatan sehat 2010 menuju terwujudnya Indonesia Sehat
6. Misi
• Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
• Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
• Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
• Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
• Meningkatkan peran serta perawat dalam pelayanan kesehatan
6. Sub system Obat dan perbekalan kesehatan
• obat, lab sederhana sarana transportasi, peralatan pemeriksaan fisik
7. Sub sistem kewilayahan
• Fasilitas penunjang : puskesmas pembantu, puskesmas keliling, balai pengobatan, KIA-KB, poli gigi, gizi
8. Masalah kesehatan
• Adanya 700.000 penderita gizi buruk
• AKB ( angka kematian bayi) 50/1000 kelahiran hidup
• Cakupan imunisasi rendah
• AKI (angka kematian ibu) 373/100.000
• Hanya sekitar 30% penduduk yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas.
9. Standar Asuhan Keperawatan
10. Protap tindakan keperawatan


II. PROSES
1. Sub sistem upaya kesehatan
a. Upaya kesehatan Perorangan
Pelayanan Keperawatan :
• Pelayanan Asuhan keperawatan Individu
b. Upaya Ksehatan masyarakat
Pelayanan Keperawatan :
• Pelayanan Asuhan keperawatan Keluarga
• Pelayanan Asuhan keperawatan Kelompok
• Pelayanan Asuhan keperawatan Masyarakat

2.. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
 penyuluhan kepada keluarga
 Pelatihan kader
 Membimbing kader di lapangan

8. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan
1.1 Model P1-P2-P3 (perencanaan, penggerakan-pelaksanaan, pengawasan-pengendalian-penilaian). Model ini digunakan oleh jajaran kesehatan, yang di puskesmas dijabarkan dengan :
P-1, perencanaan berbentuk perencanaan tingkat puskesmas
P-2, penggerakan pelaksanaan berbentuk lokakarya mini puskesmas
P-3, pengawasan, pengendalian dan penilaian, berbentuk pemantauan wilayah setempat dan stratifikasi puskesmas
1. 2. Manajemen pelayanan keperawatan, meliputi :
• Pengkajian
• Penegakan diagnosa keperawatan
• Penyusunan perencanaan keperawatan
• Pelaksanaan tindakan keperawatan :
 Melaksanakan pertolongan persalinan normal dengan episiotomi
 Melaksanakan tugas anestesi pada operasi kecil
 Instrumentator atau asisten pada operasi sedang
 Melaksanakan evaluasi keperawatan sederhana pada individu
 Melaksanakan pengelolaan pelayanan keperawatan di Puskesmas Pembantu sebagai
penanggung jawabtugas jaga sore / malam
 Melaksanakan tugas jaga sore, malam dan siaga di Puskesmas Perawatan
 Melaksanakan tugas siaga “ on call “ di Puskesmas Perawatan

• Evaluasi
1.3 Informasi Kesehatan : Dokumentasi keperawatan yang aplikatif dan sesuai dengan
tujuan pelayanan keperawatan

C. OUTPUT
1. Pencapaian
• Terlaksananya pengkajian keperawatan pada Individu,keluarga,kelompok dan masyarakat
• Teridentifikasinya masalah dan diagnosa keperawatan pada individu,keluarga, kelompok dan masyarakat
• Tersusunya rencana keperawatan berdasarkan masing-masing masalah keperawatan pada individu,keluarga,kelompok dan masyarakat
• Terlaksananya tindakan keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan pada individu,keluarga,kelompok dan masyarakat
• Terlaksanannya evaluasi pada masing-masing tindakan keperawatan pada individu,keluarga,kelompok dan masyarakat
• Peningkatan cakupan penduduk yang memanfaatkan pelayanan keperawatan di Puskesmas.
• Adanya penurunan jumlah penderita gizi buruk
• Adanya penurunan AKB / kelahiran hidup
• Peningkatan Cakupan imunisasi
• Penurunan AKI
2. Tercipta kerjasama antara perawat dan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat secara baik.

D. OUTCOME
• Tercapai Kecamatan Sehat : lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan keperawatan yang bermutu,
• Pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan keperawatan
• Meningkatnya derajat kesehatan penduduk kecamatan.











































DAFTAR RUJUKAN


Menkes RI, 2003 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Jumat, 11 September 2009

FILSAFAT ILMU

MODEL BERPIKIR FILSAFAT
UNTUK PENGEMBANGAN DAN APLIKASI
ILMU KEPERAWATAN

I. PENDAHULUAN
A.Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk kata, philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah.Pada awalnya, kata sofia lebih sering diartikan sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan pelayaran. Dalam perkembangan selanjutnya, makna dari kata kemahiran ini lebih dikhususkan lagi untuk kecakapan di bidang sya’ir dan musik. Makna ini kemudian berkembang lagi kepada jenis pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia untuk mengetahui kebenaran murni. Sofia dalam arti yang terakhir ini, kemudian dirumuskan oleh Pythagoras bahwa hanya Dzat Maha Tinggi (Allah) yang mampu melakukannya. Oleh karena itu, manusia hanya dapat sampai pada sifat “pencipta kebijaksanaan”. Pythagoras menyatakan: “cukup seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah dan berusaha untuk mencapainya.” Harun Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari kata filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu, menurut Hadiwijono filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih berarti sebagai “Himbauan kepada kebijaksanaan”. Harun Nasution beranggapan bahwa kata filsafat bukan berasal dari struktur kata Philos dan shopia, philos dan shophos atau filosofen. Tetapi kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang struktur katanya berasal dari kata philien dalam arti cinta dan shofos dalam arti wisdom. Orang Arab menurut Harun memindahkan kata Philosophia ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikan tabi’at susunan kata-kata bahasa Arab, yaitu filsafat dengan pola (wajan) fa’lala, fa’lalah, dan fi’la. Berdasarkan wajan itu, maka penyebutan kata filsafat dalam bentuk kata benda seharusnya disebut falsafat atau Filsaf. Harun lebih lanjut menyatakan bahwa kata filsafat yang banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia, sebenarnya bukan murni berasal dari bahasa Arab sama seperti tidak murninya kata filsafat terambil dari bahasa Barat, philosophy. Harun justru membuat kompromi bahwa filsafat terambil dari dua bahasa, yaitu Fil diambil dari bahasa Inggris dan Safah dari bahasa Arab. Sehingga kata filsafat, adalah gabungan antara bahasa Inggris dan Arab. Berfilsafat artinya berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya. Atas dasar itu, maka menurut Harun, secara etimologi filsafat dapat didefinisikan sebagai:
1.Pengetahuan tentang hikmah
2.Pengetahuan tentang prinsip atau dasar
3.mencari kebenaran
4.Membahas dasar dari apa yang dibahas
Ali Mudhafir berpendapat bahwa kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata Falsafah (Arab), Phyloshophy (Inggris), Philosophie (Jerman, Belanda dan Perancis). Semua kata itu, berasal dari bahasa Yunani Philosphia. Kata philosophia sendiri terdiri dari dua suku kata, yaitu Philien, Philos dan shopia. Philien berarti mencintai, philos berarti teman dan sophos berarti bijaksana, shopia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, menurut Ali Mudhafir ada dua arti secara etimologi dari kata filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philien dan shopos, maka ia berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (ia menjadi sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan shopia, maka ia berarti teman kebijaksanaan (filsafat menjadi kata benda)
B.Pengertian Filsafat Ilmu
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001)
•Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
•Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
•A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
•Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
•May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
•Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
•Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
C. Model berfikir filsafat ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
•Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
•Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
•Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)


D. Fungsi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
•Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
•Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
•Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
•Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
•Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

II. PEMBAHASAN
A. Apa ilmu Keperawatan ( Ontologi Ilmu Keperawatan )
1. Pengertian perawat
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien alam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau memalui upaya kolaborasi.
2. Definisi perawat
Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan.
Definisi perawat menurut ICN (international council of nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa hakikat dari ilmu keperawatan adalah mempelajari tentang respon manusia terhadap sehat dan sakit yang difokuskan pada kepedulian perawat terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pasien atau disebut dengan care. Hal ini berbeda dengan hakikat kedokteran adalah pengobatan atau disebut cure.
B. Bagaimana lahirnya ilmu keperawatan (Epistemologi ilmu keperawatan)
Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan primitive. Namun demikian mereka sudah mampu sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan "merawat" dikerjakan berdasarkan naluri (instink) à naluri binatang à "mother instinct" (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, merawat orang lemah).
Perkembangan keperawatan dipengaruhi dengan semakin maju peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Diawali ole seorang Florence Nigtingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian mejadi paradigma keperawatan berdasar lingkungan.
Semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intusisi ( diluar kesadaran), common sense (pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Sehingga muncullah paradigma lain diantaranya:
1. Peplau (1952) : Teori interpersonalsebagai dasar perawatan
2. Orlando (1961) : Teori komunikasi sebagai dasar perawatan
3. Johnson (1961) : Stabilitas sebagai tujuan perawatan
4. Roy (1970) : Teori adaptasi sebagai dasar perawatan
5. Rogers (1970) : konsep manusia yang unik
6. King (1971) : Proses transaksi perawat-klien
7. Orem (1971) : Kemandirian pasien untuk merawat dirinya sebagai tujuan perawatan
C. Untuk apa Ilmu keperawatan ( Aksiologi ilmu keperawatan )
Menurut konsorsium Ilmu-ilmu Kesehatan (1992) praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional / ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan individu dan berkelompok.
Sementara praktik keperawatan profesional adalah tindakan mandiri perawat professional dengan menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh mencakup ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan dan menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan dalam melakukan asuhan keperawatan (pokja keperwatan CHS,2002).
Sedangkan pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko- soiso- spiritual yang komprehensif (holistic ), di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencagkup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan yang di berikan berupa bantuan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Praktik keperawatan sudah di atur dalam surat keputusan Menteri Kesehatan No.1239 tentang registrasi dan praktik keperawatan yang mengatur hak, kewajiban, dan kewajiban perawat, tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menjalankan praktiknya, dan persyaratan praktik keperawatan dan mekanisme pembinaan dan pengawasan. Sekarang rancangan undang-undang tentang praktik keperawatan sudah di usulkan ke DPR untuk Mendapatkan pengesahan.


3. KESIMPULAN
a. Hakikat dari ilmu keperawatan adalah kepedulian perawat pada respon pasien terhadap sehat dan sakit yang berfokus pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
b. Pada awalnya Ilmu keperawatan lahir secara naluri yang dikenal dengan mother instinc dan berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia dengan mengguanakan metode ilmiah untuk mendapat kebenaran dalam ilmu keperawatan
c. Pemanfaatan ilmu keperawatan dituangkan dalam asuhan keperawatan untuk menangani respon pasien terhadap sehat dan sakit terutama memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dilandasi kode etik keperawatan dalam batas kewenagan perawat yang diatur dalam kepmenkes 1239 dan RUU praktek Keperawatan.
4. PERSPEKTIF
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien.

Daftar Rujukan
Adib, Mohammad, 2007, Bahan Ajar: Filsafat Ilmu dan Logika. Surabaya: Laboratorium Humaniora Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Universitas Airlangga.
Assyalbany omar mohammad at- toumy(1979), falsafah pendidikan islam,Jakarta : bulan bintang
Harjanto JM(2000), Filsafat Ilmu Kedokteran, Surabaya : GRAMIK FK UNAIR
Hidayat A aziz alimul(2002), pengantar dokumentasi proses keperawatan, EGC, Jakarta :salemba medika
Suriasumantri, Jujun, 2000, Pengantar Filsafat Ilmu, Jakarta: Yayasan Obor
Soemowinoto,sawoko, 2008, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Selasa, 11 Agustus 2009

Minggu, 10 Mei 2009

Anda mau hanya duduk dirumah dapat uang

Bisnis forex atau valas sebaga alternatif investasi yang terbukti melipatgandakan kekayaan, mau lebih jelas? Klik disini untuk modal mulai 1dolar (=Rp.12.000,-) Registration atau untuk modal mulai 25 dolar (=Rp.300.000,-) klik disini
Registration bisa juga email di dalharaljafar@gmail.com selamat dan sukses